Tidak sendiri, dalam acara tersebut SMEsHub turut menggandeng Farmaklik Group dan Haluan Digital dalam upaya memajukan UMKM Indonesia.
Lutpi Ginanjar, Founder dan CEO SMEsHub Indonesia dalam sambutannya mengatakan ingin membangun ekosistem bisnis berbasis digital untuk membantu UMKM Tanah Air. Hal itu juga sejalan dengan Farmaklik yang sejak 2019 membangun UMKM Farmasi.
“Pada momen ini ketika kita tahu lebih banyak fitur yang kita hadirkan kita juga butuh yang namanya ekosistem yang lebih besar. Karenanya kita juga berkolaborasi. Kita juga berkolaborasi salahsatunya dengan Farmaklik Group,” ujar Lutpi.
Lebih lanjut, Lutpi mengatakan kerjasamanya dengan Farmaklik memiliki titik temu yang sama untuk membantu memajukan UMKM di Indonesia.
“Sama-sama punya spirit sama untuk membantu UMKM, bedanya Farmaklik fokus mengurusi apoteker. Kita pengen mengembangkan itu melalui SMEsLive,” ujar Lutpi.
Senada dengan itu, Ridho M Sakti Founder dan CEO Farmaklik Group mengatakan dirinya sudah membantu para apoteker sejak 2019. Ia pun berharap bisa membangun ekosistem bisnis di bidang farmasi untuk membantu para apoteker.
Baca juga: Melengkapi Ekosistem Digital untuk UMKM, SMEsHub Akuisisi HINT Media
“Farmaklik memungkinkan terjadinya proses pertukaran informasi demand maupun supply antara Apotek, PBF (Distributor utama maupun Subdistributor), dan Pabrik Obat sehingga terwujud transparansi di antara ekosistem yang ada,” ujar Ridho di gelaran SMEsX.
Ia juga menyebutkan bahwa Farmaklik juga punya misi menjadi jembatan bagi apotek mandiri Indonesia untuk maju dan berkembang lebih cepat di era digital.
Masalah UMKM apoteker
Sosok yang juga merupakan Founder apotekdigital.com ini juga menjabarkan 5 permasalahan seputar UMKM apoteker di Indonesia.
“Ada 5 permasalahan UMKM di sektor farmasi, pertama manajemen. Ketika lulus para apoteker itu minim pengalaman dalam menjalankan bisnis, retail bisnis apotik, ini seringkali dilakukan otodidak,” katanya.
“Padahal, dengan teknologi kita bisa create sistem dan memeberikan sistem informasi manajemen dan memudahkan mengelola apotik di era digital ini,” lanjutnya.
Yang kedua disebutnya masalah order yang berkaitan dengan permodalan.
“Kalau modalnya kecil seringkali apoteker nggak dapat barang atau dapat barang tapi harganya mahal. Nah dengan order bersama jejaring apotek yang ada di wilayah tertentu, dengan modal yang ada, para apoteker tetap bisa membeli obat dengan harga murah dan terjangkau,” lanjutnya.
Ia juga menyebutkan soal pelatihan dan komunitas. Menurutnya Farmaklik mengadakan banyak seminar workshop, coaching dan menthorship, hingga yang terakhir soal B2B.
“Lalu yang terakhir adalah ‘B2B’ atau bisnis to bisnis. Farmaklik mencoba membantu UMKM farmasi di era digital. Kita ingin membuat apotek jejaring sosial untuk berdaya bersama,” tambahnya.
Baca Juga: SMEsHub Indonesia Gelar SMEsX 2023 UMKM Melesat, Siapkan Ekosistem Bisnis Bagi UKM
Sebagai informasi, sejak beroperasi mulai Januari 2019, pada bulan ke-5 Farmaklik sudah menggandeng 500 apotek di berbagai wilayah di Indonesia. Ridho berharap para apoteker bisa tumbuh dan maju bersama, untuk punya bargaining position yang kuat di sektor distribusi, regulasi dan industri, sehingga apoteker bisa berdaya dan berjaya dengan berjejaring dan pemanfaatan teknologi digital.
“Sekarang ada 18 Propinsi dari UMKM apotek hingga alkes dari seluruh indonesia. Lalu lebih dari belasan ribu apotek telah bergabung menjadi bagian Mitra Farmaklik, tersebar di berbagai wilayah,” tutupnya.
(dwk)